Survey (Bagian I)

Selama dua bulan berturut-turut, Juli dan Agustus 2017 beberapa lembaga survey seperti Talungtik Institut dan Jaringan Survey Indonesia telah melakukan survey untuk menentukan tingkat popularitas dan elektabilitas calon pasangan kepala daerah dan wakil kepala daerah Kota Sukabumi. Rata-rata sampel yang diambil dalam survey-survey di Kota Sukabumi berjumlah  370-480 responden mengingat jumlah penduduk Kota Sukabumi sendiri berjumlah pada kisaran angkat 300 ribuan.

Program

Harapan Masyarakat Sukabumi Terhadap Program Yang akan diusung oleh calon kepala daerah dan wakil kepala daerah ke depan terpusat pada sektor ekonomi, penyediaan lowongan atau lapangan pekerjaan, pendidikan , ketersediaan pasar yang memadai, pendidikan, kesehatan, dan rasa aman.



Dari bagan di atas dapat dijelaskan bagaimana harapan masyarakat Kota Sukabumi kepada kepala daerah dan wakil kepala daerah mendatang. Jika dijabarkan lebih rinci adalah sebagai berikut: selama tahun 2018-2023 nanti, kepala daerah dan wakil kepala daerah harus dapat menjawab kebutuhan-kebutuhan masyarakat di enam sektor prioritas.

Isu-isu yang berkembang pada sektor ekonomi di Kota Sukabumi antara lain: bagaimana Pemerintah Kota Sukabumi benar-benar mengeluarkan kebijakan yang memihak kepada kelompok UMKM, meningkatkan mikro ekonomi, melindungi hak-hak pedagang kecil, dan melakukan penataan kawasan perekonomian sebaik mungkin.

Masyarakat perkotaan merupakan masyarakat urban dengan berbagai latar-belakang budaya yang bergerak di bidang jasa dan perdagangan. Lowongan kerja dan kietersediaan lapangan pekerjaan menjadi harapan masyarakat Kota Sukabumi.

Bagaimana kelapa daerah dan wakil kepala daerah mendatang dapat menciptakan lowongan pekerjaan dan lapangan pekerjaan? Sudah tentu, untuk Kota Sukabumi, pertanyaan ini tidak dapat dijawab dengan membuat pabrik besar. Kota Sukabumi sangat berbeda dengan Kabupaten Sukabumi dari segi luas wilayah.

Isu-isu yang berkembang di bidang kesehatan antara lain: pelayanan kesehatan dari rumah sakit dan sarana-sarana kesehatan lainnya masih harus ditingkatkan, terutama pelayanan kepada warga kurang mampu.

Di sektor pendidikan, masyarakat menaruh harapan pada masalah Pendidikan di tingkat SLTA harus murah, rata-rata SPP di beberapa sekolah negeri tingkat SLTA saat ini Rp. 250 ribu – 350 ribu per-bulan. Isu lain di sektor pendidikan yaitu persoalan tawuran yang masih sering dilakukan oleh para pelajar.

Tawuran yang terjadi kerap dapat meluas menjadi tawuran antar kampung, kelompok, komunitas, hal ini terjadi karena komunitas-komunitas motor acap kali merekrut pelajar sebagai anggota baru. Permasalah tawuran pelajar dan antar komunitas ini memiliki imbas langsung terhadap rasa aman masyarakat Kota Sukabumi.

Sosok Pemimpin

Masyarakat Kota Sukabumi menginginkan lahirnya para pemimpin yang memiliki beberapa karakter antara lain; jujur, responsive, bersih, dapat berinteraksi dengan warga, tegas, dan tranpanran. Hal ini memiliki arti calon kepala daerah dan wakil kepala daerah yang akan ikut serta di dalam Penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah Kota Sukabumi Tahun 2018 harus memiliki –bahkan bila perlu menciptakan- karakter yang diharapkan oleh masyarakat.



Hampir semua responden di tujuh kecamatan mengharapkan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah yang berkarakter jujur. Data ini dapat mejadi pagangan bagi calon kepala daerah dalam melakukan sosialisasi kepada masyarakat harus menampilkan sifat-sifat unggulan seperti di atas sebab bagaimana pun, untuk ukuran zaman sejarang, kelahiran seorang pemimpin dapat didesain sedemikian rupa.

Memilih Secara Mandiri

Ada pergeseran paradigma antara pemilih sekarang dengan dua dekade sebelumnya. Di masa Orde Baru hingga awal reformasi masih banyak ditemui pemilih menggunakan hak pilihnya dan memilih partai politik serta caleg dan calon kepala daerah karena pengaruh dari keluaga, kelompok sosial, dan komunitas. Berbeda dengan sekarang, pemilih cenderung menggunakan hak pilih dan memilih calon kepala daerah atas dasar pilihan sendiri, sedikit dipengaruhi oleh keluarga, tokoh masyarakat, dan partai politik.



Anomali yang terjadi dalam penyelenggaraan pilkada dengan sikap pemilih ini yaitu jika dalam Pilkada calon pasangan diusung oleh partai politik atau gabungan partai politik tetapi partai politik sendiri tidak memiliki pengaruh signifikan (hanya 3.75%) terhadap pilihan masyarakat. Pemilih tidak sekadar melihat pasangan calon diusung oleh partai politik apa kecuali oleh figuritas dengan berbagai karakter yang diharapkan oleh pemilih.

Kang Warsa
Sumber: Talungtik Isntitute

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perjalanan H. Andri Hamami Bersama BUMDes

Relawan KAMI di Acara Qurban